Kamis, 07 November 2013


LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia saat ini, memiliki keterkaitan dengan pendidikan pada masa lampau. Mulai dari pendidikan pada zaman kuno, Hindu-Budha, Islam, penjajahan (pendudukan asing), Proklamasi dan Orde Baru. Mulai dari sejak itu bangsa Indonesia sudah mengenal dunia pendidikan, baik formal maupun informal, kemudian berkembang dan menjadi lebih terstruktur. Banyak sekali pengaruh yang dirasakan bangsa Indonesa dalam hal pelaksanaan pendidikan ketika berada pada zaman tersebut. Dengan mempelajari sejarah pendidikan Indonesia saat itu, kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran untuk membangun pendidikan Indonesia menjadi lebih  baik lagi . Sejarah Pendidikan Indonesia cukup panjang untuk dijelaskan, maka dari itu kami hanya menjelaskan mengenai sejarah pendidikan Indonesia zaman Hindu-Budha, Islam dan Penjajahan.
B.         Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat diambil dari pemaparan makalah ini yaitu :
1.      Bagaimana sejarah pendidikan di Indonesia pada zaman Hindu-Budha ?
2.      Bagaimana sejarah pendidikan di Indonesia pada zaman Islam ?
3.      Bagaimana sejarah pendidikan di Indonesia pada zaman Penjajahan ?
Bagaimana keterkaitan antara pendidikan di Indonesia pada zaman Hindu-budha, Islam dan Penjajahan dengan pendidikan di Indonesia dewasa ini?
C.        Tujuan
1.      Mengetahui dan memahami pendidikan Indonesia pada zaman Hindu-Budha, Islam dan Penjajahan.
2.      Mengetahui dan memahami keterkaitan antara pendidikan pada zaman Hindu-Budha, Islam dan Penjajahan dengan pendidikan Indonesia dewasa ini.
D.        Metode Pembahasan
Metode pembahasan yang kami gunakan dalam penyusunan makalah tersebut adalah denganMethod Library Research dengan mencari literatur berupa teks book dan internet.




BAB II
ISI
A.  Pendidikan Zaman Hindu / Budha
1.    Faktor-Faktor yang Memungkinkan Berkembangnya Peradaban Hindu atau Budha
a.    Faktor Politis
Bangsa Indonesia mendapat pengaruh dari bangsa India bagian selatan, karena pada saat itu terjadi peperangan antar India bagian selatan dan utara, kemudian India bagian Selatan tersedak hingga ankhirnya mencari tempat hingga ke Indonesia. 
b.      Faktor Ekonomis atau Geografis
Perdagangan dan letak Indonesia antara India dan dataran Tiongkok, memungkinkan terjadinya pengaruh dari India dan Tiongkok melalui pergaulan dengan bangsa Indonesia.
c.       Faktor Kultural
India memiliki tingkat peradaban bangsa lebih tinggi daripada Indonesia. Bangsa India sudah mengenal system pemerintahan yang teratur dalam bentuk kerajaan, mengenal tulisan dan karya sastra tinggi. Dibuktikan dengan ditemukannya prasasti batu bertulis huruf Palawa dan bahasa Sangsekerta.
2.    Hinduisme dan Budhisme
Agama Hindu di India terbagi menjadi dua golongan besar, yaitu Brahmanisme dan Syiwanisme. Hindunisme yang datang di Indonesia adalah Syiwanisme, yang pertama kali dibawa oleh seorang brahmana yang bernama Agastya. Salah satu pandangan Syiwanisme berpandangan bahwa, tujuan hidup manusia ialah mencapai “moksa”, suatu kejadian dimana manusia terlepas dari samsara (penderitaan, yang ditentukan oleh perbuatan manusia sebelumnya, jadi berlaku hukum karma) , manusia hidup dalam keabadian yang menyatu dengan Syiwa.
Agama Budha adalah agama yang disebarkan oleh Sidharta Gautama di India, yang kemudian terpecah menjadi dua aliran, yaitu: Mahayana dan Hinayana. Yang berkembang di Indonesia adalah Budha Hinayana. Agama Budha berkembang pada masa kerajaan Sriwijaya di Sumatera, dan pada zaman Wangsa Syailendra di pulau Jawa.
Menurut ajaran Budhisme manusia hidup dalam penderitaan karena nafsu duniawi. Manusia dalam hidup ini berusaha untuk mengusir penderitaan, mencari kebahagiaan yang abadi yaitu nirwana. Untuk mencapai nirwana manusia harus berperilaku benar, yaitu, berpandangan yang besar, mengambil keputusan, berkata, bertindak, berkehidupan, berdaya upaya, melakukan meditasi dan konsentrasi kepada hal-hal yang benar
3.   Pendidikan Hindu atau Budha
Di Indonesia Syiwaisme dan Budhisme hidup dan tumbuh berdampingan, walaupun terjadi penumpasan Wangsa Syailendra yang beragama Budha oleh Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu, namun di masyarakat atau rakyat biasanya tidak nampak pertentangan tersebut, bahkan mungkin dapat dikatakan telah terjadi sinkretisme yaitu keyakinan mempersatukan figur Syiwadengan Budha sebagai satu sumber Yang Maha Tinggi.
Pendidikan formal (dalam arti diselenggarakan oleh Kerajaan ) pada zaman Hindu yang terjadi di kerajaan-kerajaan Tarumanegara, Kutai, sudah berkembang. Materi pembelajaran berpusat kepada ajaran agama, membaca dan menulis (huruf Pallawa) dan bahasa Sangsekerta. Keterampilan membuat candi dan patung-patung tidak terlepas dari inspirasi ajaran agama, dapat diajarkan secara formal oleh pemahat, atau mereka belajar langsung dari orang tua mereka, demikian juga cara-cara beladiri atau (berperang). Para pendidiknya atau guru ialah orang-orang pandai yang memahami ajaran agama (para pandita), yang berasal dari kasta Brahmana. Para peserta didiknya ialah keturunan para Brahmana dan anak-anak bangsawan dan raja (kasta Ksatria).
Pada zaman Hindu pendidikan masih terbatas kepada golongan minoritas (kasta Brahmana, Ksatria), belum menjangkau golongan mayoritas (Waisya dan Sudra, apalagi kasta Paria). Namun penggolongan kasta di Indonesia tidak begitu ketat seperti halnya di India. Pendidikan pada zaman Hindu lebih tepat dikatakan sebagai “perguruan”, dimana para murid berguru kepada para cerdik cendikia. Kemudian lembaga pendidikan dikenal dengan nama Pesantren (Pecatrikan: tempat santri menuntut ilmu). Jadi berbeda sekali dengan sekolah yang kita kenal sekarang.
Sistem perguruan pesantren berkembang terus sampai pada pengaruh Budha dan dari zaman islam sampai sekarang (pesantren tradisional). Pada zaman Budha pendidikan berkembang pada kerajaan Sriwijaya (Palembang), sudah terdapat Perguruan Tinggi Budha, dimana murid-muridnya banyak berasal dari Indocina, Jepang, dan Tiongkok. Guru yang terkenal pada saat itu adalah Dharmapala. Perguruan-perguruan Budha tersebut mungkin menyebar ke seluruh kekuasaan Sriwijaya. Mungkin sekali candi-candi Borobudur, Mendut, dan Kalasan merupakan pusat pendidikan agama Budha.
Karya hasil sastra yang ditulis para pujangga banyak yang bermutu tinggi, antara lain: Pararaton, Negara Kertagama, Arjuna Wiwaha, dan Barata Yudha. Para pujangga yang terkenal diantaranya: Mpu Kawa, Mpu Sedah, Mpu Panuluh, Mpu Prapanca. Dalam perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu seperti Singosari, Majapahit, dan kerajaan Budha Sriwijaya, tidak terdapat uraian yang jelas mengenai pendidikan. Namun sudah pasti bahwa pada zaman tersebut sudah berkembang pendidikan dengan lembaga-lembaga yang dengan sengaja dibuat secara formal. Pada saat itu mutu pendidikan cukup memuaskan berbagai pihak yang bersangkutan.
a.       Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan sendiri identik dengan tujuan hidup yaitu untuk mendapat moksa bagi agama Hindu dan mencapai nirwana bagi agama Budha.
b.      Sifat Pendidikan
Seperti telah dikemukakan bahwa pendidikan masih bersifat informal, belum ada pendidikan formal dalam bentuk sekolah seperti sekolah kita kenal saat ini. Namun demikian ada beberapa tempat yang biasa dijadikan sebagai lembaga pendidikan.
c.    Jenis-Jenis Pendidikan
Beberapa jenis pendidikan pada zaman Hindu Budha dapat diklasifikasikan kepada beberapa jenis, diantarnya:
1)   Pendidikan Intelektual
Kegiatan Pendidikan ini dikhususkan untuk menguasai kitab-kitab suci, Veda dipelajari oleh kaum Brahmana, dan kitab Tripitaka dipelajari oleh Budha. Pada waktu itu hanya golongan Brahmanalah yang berhak memepelajari kitab suci Veda. Pendidikan intelektual juga berkaitan dengan penguasaan doa dan mantera, yang berkaitan dengan penguasaan alam semesta, pengabdian kepada Syiwa dan Budha Gutama.
2)   Pendidikan kesatriaan
Kegiatan pendidikan ini dilakukan untuk mendidik kaum bangsawan keluarga istana kerajaan, untuk memiliki pengetahuan dan berkaitan dengan mengatur pemerintahan (kerajaan), bagaimana mengatur Negara, dan bagaimana harus berperang.

3)   Pendidikan keterampilan
Pendidikan keterampilan yang diajukan bagi mesyarakat/rakyat jelata berlangsung secara informal yang berlangsung dalam keluarga, sesuai dengan keterampilan yang dimiliki orang tuanya. Seorang pemahat akan diwariskan keterampilannya kepada anak-anaknya. Begitu pula para petani, nelayan, dan sebagainya.
d.   Lembaga Pendidikan
Seperti telah dikemukakan bahwa pendidikan masih bersifat informal, belum ada pendidikan formal dalam bentuk sekolah seperti sekolah kita kenal saat ini. Namun demikian ada beberapa tempat yang biasa dijadikan sebagai lembaga pendidikan.
1)   Pecatrikan/Padepokan
Kata pecatrikan berasal dari kata catrik yaitu murid-murid yang belajar pada guru di suatu tempat disebut juga padepokan. Dari kata catrik dan pecatrikan muncullah kata santi dan pesantren. Jadi sebetulnya lembaga pesantren sudah dikenal sejak zaman Hindu Budha. Sistem pendidikannya yaitu peran guru dipegang oleh Brahman atau pendeta yang duduk dilingkari oleh murid-muridnya. Guru tidak menerima gaji namun dijamin oleh murud-muridnya unti hidup. Dan yang menjadi dasar pendidikannya adalah agama Budha dan Hindu.
2)   Pura
Pura adalah tempat yang diperuntukan bagi putra putri raja belajar, dimana yang mereka pelajari berkaitan dengan hidup sopan santun, mengatur Negara, dan ilmu bela diri baik fisik maupun batin.
3)   Pertapaan
Pertapaan merupakan tempat yang digunakan para masyarakat awam untuk menanyakan berbagai hal kepada para petapa karena mereka dianggap memiliki pengetahuan yang lebih atau mengetahui segalanya, sehingga pertapaan dikatakan lembaga pendidikan.
4)   Keluarga
Keluarga disebut lembaga pendidikan karena di dalamnya terjadi partisipasi dan imitasi dalam menyelesaikan pekerjaan orang tua yang dilakukan anak-anak dan anggota keluarga lainnya.
e.         Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
Pada zaman jayanya Hindu dan Budha di Indonesia ini telah terjadi perkembangan ilmu pengetahuan dan karya seni sangat tinggi. Seperti pada saat itu telah berdiri lembaga pendidikan setaraf “perguruan tinggi” oleh kerajaan Sriwijaya. Perguruan tinggi tersebut dapat menampung berates-ratus mehasiswa birawan Cina dapat belajar di Sriwijaya sebelum melanjutkan belajar di India. Saat itu dikenal mahaguru yang disebut Dharmapala yang mengajar agama Budha Mahayana.
Sampai jatuhnya Majapahit ilmu penetahuan terus berkembang hampir di berbagai bidang. Hingga akhirnya melahirka empu-empu, para pujangga, karya arsitektur baik dalam seni bangunan maupu n seni pahat yang bermutu tinggi.
B.  Pendidikan Zaman Islam
1.    Masuknya Islam ke Indonesia
Islam masuk ke Indonesia tidak dapat ditentukan tahunnya dengan pasti. Masuknya Islam ke daerah Aceh diketahui dari tulisan pengalaman Marco Polo dalam perjalananya ke Tiongkok. Dalam perjalanan pulang dari Tiongkok ia singgah di pantai utara Sumatera,  dan sampai di Peureula, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Perlak (Aceh, tahun 1292). Marco Polo yang dari Venesia Italia itu telah beragaa Islam. Mengethui bagaimana masuknya ke Indonesia terdapat beberapa pendapat yang berbeda, yaitu:
a.   Islam Masuk ke Indonesia Melalui Persia
Bukti dari pendapat ini ialah sebutan ejaan tulisan Arab seperti jabar, jeer, dan pees (pjes) merupakan bahasa Iran, sedangkan dalam Bahasa Arab adalah bergigi. Bulan Muharram merupakan wafatnya Husen di Karballa, di Iran diperingati dengan mengadakan upacara mengarak peti mati pada Muharram ditemukan di Minangkabau (bulan Tabut) dan Aceh (bulan Asan Usen) (Prof. Dr. P.A Hoesien Djajadiningrat).
b.      Islam Masuk ke Indonesia Melalui Gujarat (India)
Dibuktikan dengan adanya makam raja Islam yaitu Maliku Saleh. Batu nisan di atas makam itu bertuliskan ayat-ayat Qur’an dengan huruf arab dan bentuknya sama dengan batu nisan yang ada di Gujarat, yaitu ukiran-ukiran yang bercorak Hindu gaya Gujarat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pwngaruh islam dibawa dari Gujarat (Dr. R.M. Soetjipto Wirjoesoparto).
c.       Islam Masuk ke Indonesia Melalui Mesir dan Mekkah
Agama Islam masuk ke Indonesia langsung dari mekah melalui mesir. Pendapat ini dikemukakan oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA). Adapun alas an-alasan yang dikemukakan HAMKA adalah terdapat Mazhab dari raja, ulama yang mengajar ilmu tasawuf, batu nisan kuburan tua di Gresik dan Pasai, dan tasawuf dari india.
2.   Inti Ajaran Islam
a.   Islam sebagai Agama Tauhid
Inti ajaran Islam adalah tauhid, yaitu suatu keyakinan bahwa Tuhan itu Esa segala-galanya. Allah merupakan satu-satunya Tuhan pencipta, penguasa, dan pemelihara alam semesta.Allah Esa dalam sifat-Nya, artinya bahwa Allah memiliki sifat-sifat kesempurnaan dan keutamaan yang disebut Asmaul Husna dan tidak ada satupun yang dapat menyamai sifat-sifat tersebut.
b.   Manusia adalah Sama di sisi Allah
Agama Islam mengajarkan persamaan dan persaudaraan diantara sesama manusia. Tidak membedakan antara golongan bangsawan dan rakyat jelata. Semua manusia adalah sama-sama hamba Allah.
c.    Iman Islam dan Ikhsan
Sebutan islam bukanlah nama yang diberikan oleh pemeluk agama islam melainkan nama Islam diberikan oleh Maha Pencipta Allah swt yang tercantim dalam kita suci Al-quran (Al-Imran:19 dan 85; Al-Maidah : 3 ). Ajaran islam dibangun atas tiga ajaran pokok, yaitu:
1)   Iman adalah percaya dan meyakini dalam hati adanya Allah, malaikat, rosul, kitab, hari kiamat, qada dan qadar
2)   Islam adalah mengabdikan dan menyerahkan diri kepada Allah SWT
3)   Ikhsan adalah melakukan perbuatan baik kepada Allah dan beramal sholeh kepada sesama
3.    Pendidikan
a.        Perkembangan Pendidikan
Pendidikan islam di Indonesia telah berlangsung sejak agama islam masuk ke Indonesia melalui perdagangan. Para wali (wali songo) atau ulama islam telah benyak menentukan bagi perkembangan dan kemajuan pendidikan islam. Dalam menyebarkan agama Islam mereka memperhatikan filsafat hidup dan kebudayaan yang hidup di masyarakat, sehingga ajaran islam sangat mudah diterima oleh masyarakat.
Pendidikan islam lebih teratur setelah Raden Fatah mendirikan pesantren di Hutan Glagah Arum tahun 1475 yang masih berada dibawah kekuatan Majapahit. Raden Patah mengorganisir pendidikan islam dengan mendirikan organisasi Bayangkare Islah tahun 1476.
b.        Dasar dan Tujuan Pendidikan
Yang menjadi dasar pendidikan ialah ajaran islam yang mengandung kerangka Iman, Islam, dan Ikhsan.
Tujuan pendidikan islam haruslah dalam rangka meningkatkan pengabdian manusia kepada Allah. Pengabdian manusia kepada Allah dapat dilihat dari dua aspek. Pertama manusia sebagai hamba Allah yang memegang teguh aturan-aturan-Nya dalam hubungan manusia kepada Allah. Kedua menusia dalam keberadaanya selalu berhubungan dengan manusia lainya, ia memiliki aturan-aturan hidup yang yang telah diakuinya menjadi pola kehidupan bersama.
Tujuan pendidikan pada zaman islam adalah:
1)         Memiliki penetahuan praktis yang sangat berguna untuk hidup di dunia yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
2)         Memiliki pengetahuan keagamaan yang bersumber dari Al-Qur’an, sunnah, Ijma, Qiyas, karena islam yang berkembang pada waktu itu adalah mazhabsyafi’I dan al-Ghazali.
3)         Menjadi manusia yang menjalankan agama islam, manusia yang mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah.
c.         Lembaga-Lembaga Pendidikan
Perluasan agama islam tidak berlaku dengan kekerasan dan peperangan (di Indonesia), melainkan secara damai dan secara edukatif melalui lembaga-lembaga pendidikan yang berkembang pada waktu itu. Pendidikan merupakan suatu tuntutan agar semua umat islam mendapatkan pengajaran. Pendidikan diselenggarakan dilanggar-langgar, masjid, surau (Minangkabau) atau di rangkang (aceh). Lembaga-lembaga pendidikan yang digunakan untuk mengembangkan ajaran di Langgar dan Pondok Pesantren.

1)   Langgar
Dilanggar inilah dilaksanakan berbagai kegiatan seperti salat, upacara-upacara keagamaan dan tempat belajar yang diajarkan dilanggar adalah dasar tentang agama islam seperti: huruf arab dalam belajar Qur’an ibadat (cara-cara shalat, berwudhu dan sebagainya ), rukun islam, rukun iman, sifat dua puluh, merupakan lembaga pendidikan dasar dalam mempelajari ajaran Islam.
2)   Pondok Pesantren
Pondok Pesantren merupakan pendidikan lanjutan setelah pendidikan yang dilaksanakan dilanggar. Sistem pesantren ini telah berlangsung sejak zaman Hindu/Budha termasuk di India. Mungkin juga dari kata pesastrian, dengan kata dasar sastri, atau sastra yang artinya huruf atau bahasa, dipesastri murid-murid belajar huruf palawwa dan bahasa sangsakerta sebagai huruf dan bahasa kitab suci Veda maupun tripitaka. Pesantren Hindu/Budha (India), setelah datang pengaruh islam, system tersebut dilanjutkan. Perbedaan pesantren Hindu/Budha dengan pesantren Islam hanya dalam materi yang diberikan. Pesantren Hindu/Budha yang diberikan.
Di pesantren tidak ada kurikulum dan pengetahuan umum seperti di negara-negara besar di Eropa.  Hal tersebut menunjukan bahwa dalam system pesantren begitu kuatnya pengaruh Hindu. Pengaruh ini juga terlihat pada penghormatan terhadap guru yang sangat besar. Sehingga apa yang dikatakan guru dianggap sebagai suatu kebenaran.
Terdapat perubahan-perubahan yang cukup penting dalam system pengajaran di pesantren, antara lain dengan dimasukanya pengetahuan umum dan keterampilan dalam system pembelajaran di pesantren.
d.   Metoda Pendidikan
1)   Metode Sorongan (individual)
Metode membaca Al Quran dimulai dengan pengenalan huruf serta tanda-tandanya untuk langsung membaca surat kecil (surat-surat pendek). Apabila sudah lancar dilanjutkan dengan membaca Quran sampai tamat.  Metode individual ini dilakukan juga tingakatan lanjutan pesantren dalam belajar kitab, baik kitab kecil maupun kitab besar. Untuk membantu para kyai, Kyai sering mengangkat santrinya yang senior ilmu dengan gelar guru muda, atau biasa disebut juga mentor. Mereka inilah yang membantu mengajar santri-santri.
2)   Metode Halaqah/palagan
Metode ini dilakukan secara klasikal diberikan oleh kyai kepada guru muda dan santri yang pandai. Metode pendidikannya yaitu Kyai duduk di tengah-tengah para santri yang duduk melingkar dan yang mereka pelajari adalah cara membaca Al Qur’an, terjemahan Al Qur’an dan penjelasannya. Kemudian para santri mendengarkan, menulis terjemahan, dan diadakan juga tanya jawab.
e.    Ciri-Ciri Pendidikan
1)   Pendidikan bersifat religius, berpusat kepada ajaran agama islam
2)   Guru tidak memperoleh bayaran, tetapi menempati kedudukan terhormat di masyarakat.
3)   Pendidikan Islam bersifat demokratis. Al Qur’an harus dipelajari oleh seluruh umat manusia, bukan hanya milik Kyai atau penguasa. Karena itu yang belajar di langgar maupun di pesantren mereka sudah memeluk agama islam dan berduyun-duyun berlomba membaca Al Qur’an, minimal mereka dapat membacanya.

C.    Pendidikan zaman Pendudukan Asing
1.      Kedatangan Orang Portugis dan Spanyol
Latar Belakang sosial BudayaPada awal abad ke –16, bangsa Indonesia didatangi oleh bangsa Portugis dan disusul oleh bangsa Spanyol. Tujuan mereka datang ke Indonesia tidak hanya untuk berdagang melainkan juga disertai oleh missionaris  untuk menyebarkan agama Khatolik. Implikasinya, pendidikan pada zaman tersebut diutamakan untuk penyebaran agama Khatolik. Untuk mengembangkan ajaran agama tersebut maka didirikanlah sekolah pertama yang disebut sekolah (Seminarie) di Teernate pada tahun 1536. Sekolah tersebut merupakan sekolah pertama dan kurikulumnya berisi pendidikan agama Khatolik, membaca, menulis dan berhitung.
Pada awalnya mereka dapat menguasai pulau-pulau Ternate, Tidore, Ambon dan Bacan, namun pada akhirnya pemberontakkan datang dari Sultan Ternate kepada bangsa Portugis karena perdagangan rempah-rempah sudah tidak menguntungkan lagi  dan ditambah dengan kekalahan Portugis melawan belanda yang berimbas pada pengusiran Portugis dari wilayah Indonesai Timur.
2.      Zaman VOC
Latar belakang sosial budaya. Belanda datang ke Indonesai pada tahun 1596, untuk berdagang dan menyebarkan agama Protestan. Pada tahun 1602 mereka mendirikan VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie) yang  merupakan badan perdagangan milik orang-orang Belanda. Kemudian mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, karena seiring dengan berkembangnya VOC, maka mereka membutuhkan pendidikan, baik umum maupun khusus, dan juga membutuhkan tenaga pembantu dari bumi putera.
a.      Dasar dan Tujuan Pendidikan
Pendidikan pada zaman VOC didasari oleh keinginannya untuk memperluas ajaran agama Kristen Protestan (misi keagamaan bukan untuk misi intelektualitas), selain itu untuk tujuan komersial yaitu mencari keuntungan sebesar-besarnya bagi kepentingan Belanda pada umumnya dan pemegang saham khususnyaMaka dari itu tujuan VOC untuk menyelenggarakan pendidikan adalah  mengembangkan dan menyebarkan ajaran Kristen Protestan dan memberi pendidikan kepada bumi putera untuk menghasilkan pegawai administrasi rendahan dipemerintahan dan gereja yang dapat dikerjakan di VOC sehingga mendapatkan tenaga pembantu yang murah
b.      Jenis-Jenis Sekolah
1)      Pendidikan Dasar
Bercorak keagamaan untuk mendidik budi pekerti. Didirikan pertama kali di Batavia tahun 1617 dengan nama Batavische School, kemudian tahun 1630 didirikan Burgerschool.
2)      Sekolah Latin
Sekolah Latin mengajarkan bahasa latin yang merupakan bahasa ilmiah di Eropa. Keberadaan sekolah latin tidak dapat bertahan lama dan berulang kali di buka tutup.
3)      Seminarium Theologica
Tujuan membuka seminarium tersebut untuk mendidik calon-calon pendeta, yang mana pendeta tersebut memiliki dua fungsi yaitu sebagai ulama dan sebagai guru. Murid-muridnya diasramakan dan belajar selama lima setengah jam sehari dengan empat tingkatan kelas.
4)      Akademic pelayaran
Akademik tersebut didirikan untuk calon perwira pelayaran, namun akhirnya ditutup karena kurang peminatnya. Lama pelajaran selama 6 tahun, dan selama itu didalam pendidikan tidak diperbolehkan berbahasa Melayu.
Kesimpulannya, pendidikan pada zaman tersebut difokuskan untuk mengajarkan agama Kristen, sehingga VOC tidak memperhatikan pendidikan penduduk asli yang beragama Islam.
3.      Pemerintahan Hindia Belanda
Pemerintahan kolonial belanda dimulai sejak Belanda berhasil mengambil alih kekuasaan VOC atas Indonesia dan VOC dibubarkan pada tahun 1799 karena mengalami kemunduran. Dalam periode pemerintahan kolonial Belanda, betapa kecilnya usaha-usaha pendidikan bagi kalangan Bumi Putera. Sampai akhir tahun 1940 dari jumlah penduduk bangsa Indonesia 68.632.000, sedangkan yang bersekolah hanya 3,32%.
a.      Pengaruh Aufklarung Terhadap Kehidupan
Aufklarung sebagai abad akal memliki ciri-ciri sebagai berikut :
1)      Percaya penuh terhadap kekuatan dan kemampuan akal
2)      Dapat memecahkan apa saja dihadapannya
3)      Memiliki kemerdekaan dan kebebasan yang sangat besar
4)      Memperjuangkan dengan gigih hak-hak asasi manusia terhadap absolutism negara atau pemerintah yang sangat didominasi gereja
Pengaruhnya terhadap kehidupan khususnya pendidikan :
1)    Bebas mengkritik
2)    Setiap anak bebas  menganut agamanya sendiri
3)   Gereja melepaskan diri dari keterlibatannya dalam mengatur kegiatan pendidikan
4)   Pendidikan diselenggarakan oleh Negara
5)   Sekolah tidak mengajarkan ajaran agama
Namun pada saat itu Gubernur Jenderal Daendels terkenal dengan system pemerintahan bertangan besi.
b.      Ciri Persekolahan atau Pendidikan
Ciri-ciri pendidikan secara umum zaman ini antara yang pertama, minimnya partisipasi pendidikan bagi kalangan Bumi Putera, pendidikan umumnya hanya diperuntukan bagi bangsa Belanda dan anak-anak bumi putera dari golongan priyayi. Kedua, pendidikan bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja murah atau pegawai rendahan. Tilaar (1995) mengemukakan lima ciri pendidikan zaman kolonial Belanda, yaitu:
1)      Adanya Dualisme pendidikan, yaitu pendidikan untuk bangsa Belanda yang dibedakan dengan pendidikan untuk kalangan Bumi Putera.
2)      Sistem Konkordansi, yaitu pendidikan di daerah jajahan diarahkan dan dipolakan menurut pendidikan di Belanda. Bagi Bumi Putera hal ini disatu pihak memberi efek menguntungkan, sebab penyelenggaran pendidikan menjadi relatif sama, tetapi dipihak lain ada efek merugikan dalam hal pembentukkan jiwa kaum Bumi Putera yang asing dengan budaya dan bangsanya sendiri
3)      Sentralisasi pengelolaan pendidikan oleh pemerintahan kolonial Belanda
4)      Menghambat gerakan nasional
5)      Munculnya perguruan swasta yang militan demi perjuangan nasional (kemerdekaan).
Ciri-ciri lain yang ditemukan diantaranya:
1)      Sekolah bersifat sekuler jadi tidak diberikan ajaran agama apapun
2)      Kurang memperhatikan pelajaran keterampilan khusus
3)      Kurang memperhatikan pendidikan kaum wanita
c.       Jenis-Jenis Sekolah
Jenis-jenis Sekolah
Sekolah untuk orang Eropa
Sekolah untuk Bumi Putera
Sekolah kejuruan
Nama Sekolah
1.   Sekolah dasar
1.   Sekolah rakyat
1.   Sekolah Pertukangan
2.   Sekolah Lanjutan
2.   Sekolah Raja
2.Sekolah pendidikan Guru

3.   Sekolah lanjutan
3.   Sekolah gadis
4.      Pendidikan Hindia Belanda sejak 1900
a.      Lahirnya Politik etis
Melihat kondisi masyarakat Indonesia yang dirasakan tidak ada perbaikan setelah pemerintah Belanda mengeruk kekayaan Indonesia, muncullah pandangan untuk memberikan sebagian keuntungan unuk penduduk asli selama Belanda masih berkuasa di Indonesia. Aliran tersebut disebut aliran politik etis, yang berpendapat bahwa Bangsa Bumi Putera harus diberi kebudayaan dan pengetahuan yang berasal dari barat yang membawa bangsa Belanda menjadi suatu bangsa yang maju dan besar. Tujuannya untuk kepentingan Bumi Putra dengan cara memajukan penduduk asli dengan cara Barat.
b.      Landasan dan Tujuan Pendidikan
Mengacu pada gerakan politik etis maka arah etis dijadikan landasan untuk menentukan kebijakan dan langkah-langkah pendidikan. Namun meskipun demikian jika diamati lebih mendalam lagi, tujuan Belanda memberikan pendidikan seperti itu adalah hany auntuk tenaga-tenaga kerja yang murah.
c.       Jenis-Jenis Persekolahan
No
Jenis Sekolah
Nama Sekolah
1
Pendidikan Rendah
Sekolah rendah berbahasa pengantar bahasa Belanda
Sekolah rendah berbahasa pengantar bahasa Daerah
Sekolah Peralihan
2
Pendidikan Lanjutan/Menengah
MULO
AMS
HBS
3
Pendidikan Kejuruan
Sekolah Pertukangan (berbahasa daerah)
Sekolah Pertukangan (berbahasa Belanda)
Sekolah Teknik
Sekolah Dagang
Pendidikan Pertanian
Pendidikan Kejuruan kewanitaan
Pendidikan keguruan
4
Pendidikan Tinggi
Pendidikan Tinggi Kedokteran
Pendidikan Tinggi Hukum
Pendidikan Tinggi Teknik



5.      Pendidikan Swasta oleh Bumi Putera
Dikarenakan oleh penyelenggaraan pendidikan Belanda yang jauh dari harapan masyarakat pribumi, maka dari itu warga Bumi Putra sendiri mendirikan lembaga-lembaga pendidikan untuk untuk memenuhi harapan tersebut.
a.      Muhammadiyah
1)      Situasi Politik, yaitu karena lahirnya politik etis
2)      Ekonomi rakyat, tingkat ekonomi masyarakat Indonesia sangat rendah dann rakyat hanya dipekerjakan sebagai kuli denagn harga murah
3)      Kehidupan agama Islam, yaitu karena ajaran islam sudah tidak murni lagi berasal dari ajaran Al Qur’an dan sunnah
b.      Taman Siswa
 Ki Hadjar Dewantara bersama rekan-rekannya berjuang di jalur politik praktis, namun selanjutnya perjuangannya difokuskan di jalur pendidikan. Beliau lakukan mengingat Departemen Pengajaran Pemerintah Belanda bersikap diskriminatif mengenai hak dan penyelenggaraan pendidikan bagi bangsa kita. Isi pendidikannya tidak sesuai dengan kemajuan jiwa-raga bangsa. Menurut Ki Hadjar Dewantara keadaan ini (penjajahan) tidak akan lenyap jika hanya dilawan dengan pergerakan politik saja. Melainkan harus dipentingkan penyebaran benih hidup merdeka di kalangan rakyat dengan jalan pengajaran yang disertai pendidikan nasional (I. Djumhur dan H. Danasuparta, 1976). Sehubungan dengan hal diatas pada tgl. 3 Juli 1922 di Yogyakarta Ki Hadjar Dewantara mendirikan “National Onderwijs Institut Taman Siswa” yang kemudian menjadi “Perguruan Nasional Taman Siswa”.
c.    INS (Indonesia Nederlandsche School)
Indonesisch Nederland School (INS) didirikan oleh Mohammad Sjafei (1895-1969) pada tanggal 31 Oktober 1926 diKayutanam, Sumatera Barat. Pada tahun 1950 kepanjangan INS diubah menjadi Indonesian Nasional School, dan selanjutnya menjadi Institut Nasional Sjafei. Perjuangan INS juga diarahkan demi kemerdekaan melalui pendidikan yang menekankan lulusannya agar dapat berdiri sendiri tidak tergantung pada orang lain atau jabatan yang diberikan oleh kaum penjajah.
d.   R.A. Kartini, Rd. DewiSartika, dan Rohana Kuddus.
R.A. Kartini, DewiSartika, maupun Rohana Kudus memiliki cita-cita yang relatif sama pula, yaitu keinginan untuk bebas, berdirisendiri, serta membebaskan kaum wanita (gadis-gadis) Indonesia lainnya dari ketertinggalan dan ikatan adat kebiasaan. Upaya-upaya pendidikan yang dilakukan mereka adalah:
·      R.A. Kartini(1879-1904): Pada tahun 1903 Ia membuka “Sekolah Gadis” diJepara
·      Rd. DewiSartika (1884-1947): Pada tahun 1904 Ia mendirikan “Sakola Isteri” (Sekolah Isteri).
·      Rohana Kuddus (1884- 1969): Rohana Kuddus dikenal sebagai wanita Islam yang giat sekali mempelopori emansipasi wanita. Selain sebagai pendidik, ia pun adalah wartawan wanita pertama Indonesia.
e.       BudiUtomo
BudiUtomo pada tahun 1913 mendirikan Darmo-Woro Studiefonds; dan mendirikan tiga Sekolah Netral diSolo dan dua diYogyakarta. Pada tahun 1918 mendirikan Kweekschool diJawa Tengah, kemudian Sekolah Guru Kepandaian Putri untuk Sekolah Kartini, enam Normaal School, dan sepuluh Kursus Guru Desa, dsb. Pada tahun itu sekolah-sekolah BudiUtomo telah berkembang hingga jumlahnya kurang lebih mencapai 480 (H.A.R. Tilaar, 1995).
f.       Perkumpulan Putri Mardika.
Perkumpulan PutriMardika didirikan tahun 1912. Bertujuan memajukan pengajaran anak-anak perempuan (Odang Muchtar, 1976).
g.      Trikoro Dharmo
Pada tahun 1915 didirikan Trikoro Dharmo, dan selanjutnya berdiri berbagai perkumpulan pemuda dan pelajar di berbagai tempat di tanah air hingga terwujudnya Sumpah Pemuda pada tahun 1928. (H.A.R. Tilaar, 1995).
h.      Ksatrian Institut.
Ksatrian Institut didirikan di Bandung oleh Ernest Francoist Eugene Douwes Dekker (Multatuli atau Setyabudhi). Dasar pendidikannya adalah kebangsaan Indonesia, terutama melalui sejarah kebangsaan. Tujuan pendidikannya yakni menghasilkan ksatria (ridderschap) bagi Indonesia Merdeka di masa datang. Sekolah kejuruan merupakan organisasi dalam sistem pendidikan Ksatreian Institut, yang diharapkan agar lulusannya menjadi nasionalis yang berguna dan dapat berdiri sendiri derta mencari lapangan kerja yang praktis.
6.      Masa Pendudukan Jepang
Setelah bangsa Belanda mampu menduduki Indonesia, dan memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap pendidikan Indonesia, akhirnya jepang mampu menduduki Indonesia setelah Belanda menyerah kepada militer Jepang pada 8 Maret 1942. Pada awalnya tujuan Jepang menduduki Indonesia adalah untuk mensejahterakan atau demi kemakmuran bersama dengan semboyannya Hakko Ichiu. Namun lama-kelamaan menjadi penindasan. Dan ada dua kebijakan pemerintah pendudukan militer Jepang, yaitu :
1)      menghapuskan semua pengaruh Barat di Indonesia melalui“pen-Jepang-an”
2)      memobilisasi segala kekuatan dan sumber yang ada untuk mencapaikemenangan perang Asia Timur Raya.
a.   Landasan dan Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah jepang diantaranya :
1)        Demi kepentingan perang Asia Timur Raya. Semua kegiatan di sekolah harus sesuai dengan prosedur yang berlaku di Jepang, mulai dari lagu kebangsaan, pengibaran bendera, penerapan etika dan semua program pendidikan militer.
2)        Hilangnya Sistem Dualisme dalam pendidikan. Sekolah bersifat terbuka namun demikian, hanya satu jenis sekolah rendah diadakan bagi semua lapisan masyarakat, yaitu, Sekolah Rakyat 6 tahun(Kokumin Gakko).
3)        Sistem Pendidikan menjadi lebih merakyat (populis)
b.      Sistem Persekolahan
Sekolah Desa masih tetap ada dan namanya diganti menjadi Sekolah Pertama. Susunan jenjang sekolah menjadi:
1)      Sekolah Rakyat 6 tahun (termasuk Sekolah Pertama)
2)      Sekolah Menengah 3 tahun
3)      Sekolah Menengah Tinggi3 tahun
4)      Perguruan Tinggi.
c.       Hal-Hal yang Menguntungkan
1)   Bahasa Indonesia berkembang secara luas
2)   Buku-buku asing diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia
3)   Seni Bela diri dapat digunakan untuk melawan Belanda
4)   Semua lapisan masyarakat memiliki hak yang sama dalam bidang pendidikan
5)   Dilatih dan dididik menjadi pemimpin
6)   Sekolah-sekolah diseragamkan dan dinegerikan


D.    Implikasi Sejarah terhadap Konsep Pendidikan Nasional Indonesia
1.      Tujuan Pendidikan
·      Mengembangkan berbagai macam potensi peserta didik serta mengembangkan kepribadian mereka secara lebih harmonis
·      Mengembangkan aspek keagamaan, kemanusiaan, kemanusiaan, serta kemandirian peserta didik
·      Pendidikan yang ddiperoleh dapat diaplikasikan dalam dunia kerja nyata
2.      Proses Pendidikan
·      proses belajar-mengajar dan materi pelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik
·      melaksanakan metode global untuk pelajaran bahasa
·      mengembangkan kemandirian dan kerjasama siswa dalam pembelajaran
·      mengembangkan pembelajaran lintas disiplin ilmu
·      demokratisasi dalam pendidikan, serta mengembangkan ilmu dan teknologi.
3.      Kebudayaan Nasional
Kebudayaan nasional merupakan puncak-puncak budaya daerah dan menjadi identitas bangsa Indonesia agar tidak ditelan oleh budaya global (Emil Salim dalam Pidarta (2008: 149))
4.      Inovasi-Inovasi Pendidikan
Inovasi-inovasi harus bersumber dari hasil-hasil penelitian pendidikan di Indonesia, bukan sekedar konsep-konsep dari dunia Barat sehingga diharapkan pada akhirnya membentuk konsep-konsep pendidikan yang bercirikan Indonesia.




BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Perkembangan pendidikan Indonesia dari zaman ke zaman memiliki sejarah yang berbeda alur namun saling memiliki keterkaitan. Pendidikan pada zaman penjajahan di pengaruhi oleh zaman Islam, pendidikan pada zaman islam dipengaruhi oleh zaman Hindu-Budha dan pendidikan Indonesia sekarang dipengaruhi oleh perkembangan pendidikan pada zaman terdahulu. Dari sejarah mengenai landasan pendidikan di Indonesia, dapat di ambil kesimpulan bahwa sistem pendidikan terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan dipengaruhi oleh kondisii dan situasi Indonesia saat itu.                      

Diposting Sama Adeal Mulia :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar